Let's Act

ACT.id

Jumat, 04 Maret 2022

Random of Mind

Mar, aku lagi sakit kek gini kenapa ya malah peka banget sama kalimat-kalimat yang orang lain ucapin. Menurut aku, banyak banget kalimat yang harusnya bisa lebih efektif dan tidak 'njelimet' gituloh.

Contohnya gini:
"Hawai emang udah tutup dari dulu-dulu ya?" Sambil bayar uang parkiran yang jelas bikin kagok di tengah jalan. Harusnya dalam waktu beberapa detik itu cukup bertanya dengan kalimat pendek gini "Hawai buka jam berapa?" Lebih memudahkan abang parkir dengar pertanyaan dan jawabnya, menurutku.

Lalu ada lagi seperti ini:
"Mau makan engga? Dikit aja." Btw, guyss ... pertanyaan kayak gini artinya kita dikasih opsi untuk memilih antara 'ya' dan 'tidak' kan. But, at the end pas udah milih, malah terpaksan harus jawab 'ya' wkwkk. Kalo kayak gitu engga usah nanya juga gpp deeh, karena tenggorokan lagi sakit dan badan hanya mengandalkan sisa-sisa energi dari hari-hari sebelumnya. Nurut aja udah, lagi tak ada tenaga juga untuk bicara.

Satu lagi, satu lagi. Terakhir deh, hehee. 
"Ini obat flunya satu lagi, buat 'x' atau buat 'y'?" Si 'y' yg lagi istirahat di kamar bilang itu utk 'x' aja, dan sebaliknya sampai akhirnya malah saling bersautan gitu. Padahal dua2nya care tapi cara menyampaikannya ituloh yang hmm gak nyampe ke hati. Dan juga yaa, klo si 'x' emg udah niat mau kasih obat itu utk si 'y' kenapa seakan-akan si 'y' dikasih pilihan untuk memberikan obat itu ke si 'x'? Hmm. But ... finally, obatnya aku yang minum gaaiisss. Besok paginya beli obat yang baru deh.

Setidaknya gerutu-gerutu yang aku tahan bisa tersalurkan melalui tulisan ini, sayang ahh kalo harus disampein langsung. Hemat energi hehee. Anw, aku nulis ini hanya untuk menghibur diri saja sii, karena aku di besok hari atau bulan depan atau tahun depan pasti ketawa saat membaca ulang tulisan ini. Sama seperti aku yang sekarang membaca kembali tulisan-tulisanku yang lalu. Lucu sekali.

Bye!
Stay safe and healthy everyone <3




Rabu, 07 Desember 2016

KEDATANGAN TAMU


Entah sejak kapan saya mulai tidak merasa nyaman saat ada teman yang bertamu ke rumah, kecuali mereka datang karena memang saya yang memintanya. Tapi saya juga jarang mengundang teman untuk main kerumah kalau engga terlalu penting. Terkadang saat ada teman yang tiba-tiba saja datang tanpa memberitahu saya terlebih dulu, rasanya saya pengen marahin dia tapi itu engga terjadi karena saya engga tega. Hal yang saya lakukan pertama kali saat mengalami hal tersebut yakni bertanya “kamu ngapain kesini?” ini salah satu pertanyaan ampuh, kadang ada yang ngerasa kesinggung wkwkwkk. Jahat yaaa. Kedua, saya pasang raut muka yang masam gitu dan engga seneng atas kedatangannya. Paraaahhhh. Ketiga, saya tanya lagi “mau pulang kapan?” “sampe kapan disini?” duuuuhhhh ngeselin banget pasti ya. Mungkin sebagian dari kalian ada yang pernah ngelakuin hal yang sama atau bahkan punya pengalaman diperlakukan seperti itu?? Hayooooo ngakuuu :-D

Mau gimana lagi, itulah saya. Oia,ternyata ada lagi nih kebiasaan saya saat kedatangan tamu. Yaitu suka lupa nawarin/kasih minum dan makanan sama tamu, karena keasyikan ngobrol bareng tamu undangan dan kalaupun inget itu karena kakak saya yang suka ngingetin dan saya malah bilang “kalau mau minum ambil sendiri aja ya di dapur” atau “mau minum engga?” atau “haus engga?” kalau jawab engga berarti saya ambil minumnya nanti aja. OMG!! Kasian banget yang jadi tamu saya -,-“ maaf atas perlakuan saya dulu L

Selasa, 09 Agustus 2016

Sulit Melupakan Yang Pertama

Dok. Panitia TAP 2016

Selasa, 2 Agustus 2016 pukul 20.55 waktu Thailand, pesawat Air Asia take off sesuai jadwal mengudara menerobos angin malam diatas Negara Gajah Putih tersebut. Saat itu menjadi kali pertama saya mengudara malam hari, gelap, tak terlihat hijaunya tumbuh-tumbuhan yang biasa saya amati dibalik jendela, tak terlihat bangunan meninggi dengan kaca-kaca kotak yang khas selalu ada di setiap negara, tak terlihat aliran air mengalir layaknya badan beberapa naga yang begitu panjang, dan tak terlihat pula awan putih yang selalu setia mengapung menghiasi langit biru kala malam belum datang. Sedih? kecewa? iya, sedikit. Tapi ini justru lebih menantang, semakin tinggi pesawat mengudara, pandangan mata semakin pekat kemanapun pandangan dilayangkan. Pemandangan berlampu yang terpancar dari lampu-lampu kendaraan, penerang jalan, pembatas airport, gedung-gedung, plang-plang nama, dan rumah-rumah menjadi penghias pandangan yang cukup menakjubkan hingga membuat lengan ini tak sabar untuk segara mengabadikan moment tersebut.


Dok. Pribadi

Melihat pemandangan itu, seolah pesawat sedang melayang di daratan dan saya sedang menengadahkan kepala keatas untuk melihat pancaran rasi-rasi bintang. Subhanallah.

.............................

Rabu, 3 Agustus 2016 pukul 00.07 WIB Pesawat AA landing di bandara internasional tanah pertiwi Soekarno Hatta. Singkat cerita, saya pulang pukul 02.00 WIB dijemput papa yang ikut pula dengan beliau adik saya dan teman papa. Alhamdulillah, masih bisa berkumpul bersama keluarga, namun disisi lain saya merasa sedih menjadi orang kedua yang lebih dulu mengucap kata perpisahan kepada rekan-rekan TAP 2016, cukup berjabat tangan, dan beberapa pelukan yang saya lakukan dengan angkuh terus tersenyum dan bergegas karena diburu waktu oleh suatu alasan. Tapi sekarang rasanya berbeda. Justru sebaliknya.

............................

Selasa, 9 Agustus 2016 pukul 13.41 WIB belum genap tepat seminggu sudah kejadian diatas berlalu. 14 hari bersama 31 delegasi terpilih yang begitu banyak memberi saya inspirasi, 3 panitia yang begitu berani, dan acara yang mengajarkan bagaimana cara untuk survive di negeri orang dengan beragam makna-makna lain yang tersirat dengan argumen 31 delegasi yang berbeda-beda pula. Saya tau ini engga akan mudah untuk kembali ke kehidupan normal sebelum kegiatan TAP, cukup sulit untuk saya karena kalian yang pertama menemani untuk pengalaman keliling 5 negara. Seminggu belum cukup untuk membuat diri ini lupa, atau sejenak meninggalkan memori tentang TAP jauh di dalam pikiran bawah sadar, hingga saat malam tiba, ia bisa keluar dengan sendirinya.

Suatu saat, ketika saya punya kesempatan untuk bertandang kembali ke 5 negara tersebut, bayangan yang pertama muncul adalah ketika bersama kalian Official Delegates TAP 2016. Karena Sulit Untuk Melupakan Yang Pertama. Orang bilang sih, susah Move On hehee. Dan satu-satunya cara saya untuk bisa Move On adalah dengan melupakan dan meninggalkan semua yang berhubungan dengan kenangan itu. Jahat sih, iya. Kenyataannya saya malah terlalu sering hidup dalam kenangan lalu. Hiks..tapi saya coba untuk cari jalan lain. Doakan semoga bisa Move On tanpa melupakan kenangan 5 negara ASEAN. 

#apasiih #curahanpikirandanhati #takapalebay

...........................

NB : Jaga hati, jangan mudah menjatuhkan hati kalian untuk pertama kalinya karena akan sangat sulit melupakan yang pertama. (teramat khusus untuk penulisnya)

Minggu, 12 Juni 2016

PRIA IKAN ASIN

By : Tiara Permata Sari (Ala_Tiara)



“Ibu-ibu, bapak-bapak, siapa yang punya anak bantu aku, kasihani aku, tolong carikan diriku kekasih hatiku siapa yang…..” Sambil menggelengkan kepalanya Hilman menikmati nada dering handphonenya sejenak sebelum ia mengangkat teleponnya.
“Hallo Gus, ada apa bro?”
“Man, rencananya gue mau liburan di rumah loe. Gimana boleh gak?”
“Gimana yah….kalo gue sih boleh-boleh aja tapi kayaknya engkong gue bakalan ngusir loe bro. Loe kan tau engkong gue pernah ditolak Oca, jadi dia masih sakit hati.”
“yeee, itumah engkong loe nya aja yang genit. Tua-tua serigala! Hahaaa. Yaudah kalo gitu gue, loe sama si Oca liburan di villa bokap gue aja ya di Bogor.”
“Assiikkk…dinginnn dong, Oke fix.”

Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk menghabiskan liburan semester bersama, maklum bentar lagi mau diwisuda. Pertemanan Hilman, Oca dan Agus memang sudah berjalan cukup lama sekitar 3 tahun. Oca dan Hilman memang sudah berteman sejak kecil, karena mereka berada di kampung yang sama, dan baru mengenal Agus sejak pertama masuk kuliah. Karena sering bersama, tak disangka Oca dan Agus saling menyayangi dan pergi meninggalkan Hilman bersama status jomblo nya. Namun status tersebut tidak membuat ambisi Hilman untuk menjadi seorang juragan ikan asin kandas.

“hmmm…pagi ini cerah sekali.” Sambil membuka jendela, Hilman menatap langit dengan wajah berseri.
“Oke. Saatnya liburan!!” lanjutnya.

Seusai mandi dan mengepack pakaiannya, ia tidak pernah lupa untuk berdiri di depan cermin terlebih dulu, membiarkan lengannya bergerak merapihkan rambut ikalnya secara bersamaan. Kini rambut ikal tersebut sudah terlihat seperti mie yang siap ditiriskan, karena ia memakai gel rambut yang nyatanya kurang mempan membuat rambutnya agar mengikuti jalan lurus, hehee. Walaupun begitu Hilman sangat apik membuat dirinya terlihat rapih, dengan gayanya yang simple karena hanya mengenakan kaos dan celana jeans seperempat lebih (bisa dibilang sih celana ngatung. Heehee), ia menuju mobil Agus yang sejak 30 menit yang lalu memang sudah terparkir di depan rumahnya.

“engkong Oca mau pamit ya, sekalian ajak Hilman juga untuk liburan bareng di Bogor” Oca menghampiri engkong yang dari tadi menatap Agus dari depan pintu.
“iya Ca, hati-hati ya. Jangan lupa kabarin engkong.” Raut wajah engkong langsung berubah, tatapan elangnya pada Agus kini terlihat berkaca-kaca.
“kong, astaga inget umur dong. Yaudah Hilman pergi dulu, ayo Ca.” Hilman segera melepaskan lengan Oca yang sedang di pegang engkong.

Setelah menempuh setengah perjalanan tak disangka hujan turun, udara di dalam mobil terasa semakin dingin. Saat-saat seperti ini memang nyaman, hingga ingatan Hilman terbawa pada satu kejadian yang tidak akan pernah ia lupakan. Suatu peristiwa yang semakin memantapkan ambisinya agar dapat terwujud. Ingatan sore hari di pinggir pantai bersama sesosok pria, dengan jaring dan perahunya.

“Bapak, mau kemana? Sekarangkan lagi gerimis”
“mau ngejala ikan dulu nak, bapak pasti bakal bawain ikan asin yang banyak buat kamu.”
“Hilman mau ikut, pokoknya ikut!”
“gak boleh, hari sudah hampir malam gak baik untuk kesehatan kamu. Udah biar bapak aja yang ngambil ikannya, kamu jagain ibu saja di rumah.”
“Bapak….bapak…..bapak…!!!” tangis nya pecah diiringi oleh hujan gerimis yang semakin deras. 

Perasaan kehilangan dan pedih itu lantas hingga membuatnya terbangun dan terperanjak dari tempat duduknya. Ulahnya tersebut membuat Agus yang berada disampingnya ikut kaget dan merasa khawatir dengan keadaan temannya tersebut.

Karena kejadian tadi, mereka menghentikan perjalanan sejenak dan mencoba untuk menenangkan Hilman yang masih terlihat sedih. Oca merasa kasihan dengan keadaan Hilman yang sudah jauh berbeda dengan Hilman yang dulu ia kenal. Hanya satu yang tetap dan tidak berubah, yaitu kebaikan hatinya yang tulus kepada setiap orang. Bahkan dulu semasa mereka masih duduk di bangku SMP, Oca sempat menyukai Hilman dengan sikapnya yang manja, pemalu dan cengeng tapi sayang ia tidak menyukai wanita lain selain ibunya. Mengetahui itu Oca mengurungkan niatnya karena tidak ingin hatinya terluka dengan keputusan Hilman, dan lebih memilih untuk menjadi sahabatnya saja.

“Man, loe udah baikan? Kita lanjut lagi ya perjalanannya, udah hampir nyampe kok.” Ucap Agus.
“oke. Gue gak kenapa-kenapa kok.”
Akhirnya mereka sampai di villa, untunglah hujan sudah semakin reda. Pemandangan sekitar villa sangat indah, banyak sekali pepohonan yang rindang dan segar terkena percikan air hujan. Kabut yang menutupi atas pepohonan dan pegunungan semakin menambah kesegaran suasana di villa. Mereka lantas berfoto ria dengan mengenakan tongsis (tongkat narsis) karena senang.
“ayooo…satu, dua, tiga….cekrekk”

Sudah seminggu mereka lalui bersama, kebersamaan seperti ini malah membuat hati semakin tidak rela jika suatu saat setelah wisuda mereka harus menjalani hidupnya masing-masing, dan berjuang menggapai mimpi. Bahkan mungkin mereka akan sangat jarang berkumpul bersama seperti ini lagi. Masing-masing dari mereka bertiga menyadari hal itu, oleh karenanya liburan kali ini akan menjadi liburan paling menggembirakan. Apalagi Oca dan Agus sudah merencakanan sesuatu untuk Hilman.

“Ca, si Hilman kemana?” Tanya Agus yang sudah dari tadi mencari Hilman.
“katanya dia mau olahraga, mungkin lagi lari-lari kecil sekitar sini. Kenapa?”
“gue udah nemu cewek idamannya Hilman, Ca. mau liat gak?”
“serius…siapa? mana?”

Melihat wanita pilihan Agus, Oca malah tidak yakin bahwa Hilman akan menyukai wanita itu. Terlebih wanita dengan nama Stefani bagitu glamour dan berbeda jauh dengan Hilman, Oca kini malah merasa cemas setelah melihat banyak sekali pria yang ingin bersama Stefani. Ia takut hati Hilman tersakiti, ia tidak ingin sahabatnya itu merasakan kecewa lagi. Cukup dengan ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Meskipun begitu Oca tidak bisa menghentikan pertemuan Hilman dengan Stefani terjadi, karena Agus merasa sangat yakin dapat membuat Hilman senang.

“Hilman sini! Sini!” lengan Agus melambai memberikan isyarat agar Hilman segera mendekat.
“ada apa sih Gus?” ucap Hilman sambil terus menggerakan kakinya.
“astaga Man, loe tuh yah gak dimana-mana keringetnya ngocor terus. Padahal disini dingin, dasar ikan asin.” Agus segera membawa Hilman ke dalam villa.
“wajar dong, gue kan abis olahraga.” Sangkal Hilman.
“iyasih, tapi gak segitunya juga Man. Loe kayak mandi keringet, tinggal dijemur dibawah matahari, hahahaa.” Ledek Oca yang tidak tahan melihat tingkah sahabatnya itu.

Di dalam villa, Agus menceritakan mengenai Stefani pada Hilman. Dan tak disangka ia sangat ingin bertemu dengan Stefani, wanita impiannya. Karena setidaknya saat acara wisuda berlangsung, tidak hanya engkong saja yang menemaninya namun ada seorang yang special baginya ikut menghadiri dan menunggunya saat acara wisuda. Hilman yang menginginkan hal itu lantas menurut saja apa kata Agus. Pertemuan pertama berjalan sukses, bagitupun dengan pertemuan-pertemuan mereka yang lain. Sikap humor seorang Hilman mampu memecah tawa Stefani yang membuat iri beberapa pria yang juga sedang mendekatinya. Lambat laun pria-pria itu menyerah pada Hilman dan melepaskan Stefani. Walaupun mereka belum resmi jadiian tapi mereka selalu menghabiskan waktu bersama, hal inilah yang membuat hati Hilman tidak tenang.

“Man, besok malem kita pergi lagi yah.” Ajak Stefani sambil merangkul lengan Hilman.
“iya.”
“kamu tau gak Man, entah kenapa aku malah milih kamu untuk ada disamping aku saat ini. Padahal dibandingkan dengan teman-temanku di Inggris dan pria yang tempo hari selalu mengejar ku, kamu kalah telak Man. Heheee…tapi aku merasa nyaman setiap kali ada di samping kamu, kamu juga lucu dan selalu membuat aku tertawa. Thanks. Bye..bye…see you” wajah Stefani memerah dan ia lekas pergi menuju villa, meninggalkan Hilman sendiri.

Mendengar itu, Hilman merasa bingung. Ada perasaan bahagia, sedih, dan takut yang bercampur dihatinya saat ini. Hilman teringat dengan sahabat-sahabatnya, bukankah tujuannya berada disini adalah untuk berlibur dan menghabiskan waktu bersama sebelum acara wisuda berlangsung. Lagipula sekarang yang lebih penting bukanlah mencari pasangan, tapi ia harus bisa mewujudkan mimpinya terlebih dulu, mimpi yang mungkin tidak dapat Stefani terima. Memikirkan hal itu Hilman pun tak sampai hati kalau ia harus berpisah dan membuat Stefani menangis. Memang selama ini Hilman yang berada dihadapan Stefani adalah sosok palsu, ia berlagak bagaikan orang berkelas dan sangat popular. Semua dimulai dengan kebohongan dan tidak baik bila dilanjutkan, pikirnya.

“gue mau pulang ke rumah engkong.” Sesampainya di villa Hilman mengatakan itu.
“apa Man? Loe ada masalah sama Stefani? Kan bisa diselesaikan dengan baik-baik, jangan seperti ini” Agus mendekati Hilman yang berdiri di pintu dan mencoba menenangkannya.
“apanya yang baik-baik, dari awal gue udah berbohong pada Stefani. Gue berusaha untuk menjadi diri gue yang lain dan meninggalkan Hilman yang sesungguhnya. Sekarang yang paling penting adalah kalian, mimpi-mimpi yang ingin gue capai, dan engkong. Bahkan Hilman yang selama ini loe kenal itu bukan gue, itu orang lain, orang yang sedang melampiaskan kesakitan dan kesepiannya.” Hilman tak dapat menahan tangis, ia mengepaskan lengan Agus yang hendak mendarat di bahunya dan pergi menuju kamar.
“Man..gue gak maksud bikin loe untuk jadi orang lain. Maafin gue man, gue nyesel. Maaf!!”

Melihat kejadian tersebut Oca merasa sangat sedih, dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia paham betul apa yang sedang dirasakan oleh kedua sahabatnya tersebut. Walaupun Agus adalah kekasihnya namun hubungan mereka berjalan sama halnya seperti pada Hilman, tidak ada perbedaan pendekatan dengan keduanya jadi ia tahu maksud perbuatan yang mereka lakukan. Oca hanya bisa menangis dan menangis. Sedangkan Agus masih terpaku dan menyalahkan dirinya, walaupun sebenarnya ia merasa bingung dengan apa yang dikatakan Hilman barusan. Apanya yang palsu? Kenapa? Apa ada hal yang tidak aku ketahui? Seperti itulah pikiran Agus saat ini. Akhirnya Oca menceritakan masa lalu Hilman pada Agus, berharap kekasihnya tersebut dapat memaklumi sikap Hilman tadi.

“Ca, sebenarnya ada apa sih? Apa maksud Hilman tadi?” Agus mendekati Oca yang sedang menangis di sofa.
“sebenarnya dulu Hilman bukanlah orang seperti yang kita kenal sekarang ini, ia lugu, cengeng, pemalu, dan manja. Apa kamu percaya? Namun semenjak kejadian itu, ia mulai berubah. Kejadian dimana saat bapaknya meninggalkan dia untuk selamanya, waktu itu umurnya baru 8 tahun. Bapaknya Hilman hilang terbawa arus ombak di laut saat terjadi badai, sebelum mengetahui hal itu Hilman memberitahuku bahwa bapaknya akan membawa ikan asin yang banyak sekali untuknya. Dan dia bisa menjadi seorang juragan ikan asin. Lucu bukan, kau tahu ia mengatakan itu dengan penuh semangat dan senyuman yang lebar. Namun itu semua tidak akan pernah terwujud. Setelah ditinggal bapaknya, berseling 5 tahun ibu Hilman pun pergi menyusul suaminya. Hilman hanya sebatang kara, semua sanak saudaranya menelantarkan ia karena factor ekonomi. Hanya engkong Dadi yang bersedia merawatnya, engkong begitu menyayangi Hilman seperti anaknya sendiri, aku salut pada engkong yang mau merawat Hilman walaupun keterbatasan ekonomi. Semenjak kejadian itu, Hilman berubah total bahkan aku sempat tidak mengenalnya lagi. Sesakit itukah hatinya?” Oca tidak dapat membendung air matanya.

“jadi begitu, kenapa ia tidak menceritakannya padaku. Bukankah kita sahabat? Tapi aku senang ia tidak melampiaskan kesakitan hatinya pada hal-hal yang negatif. Cinta dari kedua orangtuanya telah membuat Hilman menjadi sosok pria dan sahabat yang baik, iyakan.” Agus tersenyum.

Ternyata percakapan mereka terdengar oleh Hilman, ia merasa sangat terharu dan senang memiliki sahabat yang dapat menerima dengan segala kekurangannya. Mereka saling meminta maaf satu sama lain, berjanji tidak akan merahasiakan apapun lagi. Kejadian itu membuat mereka semakin kuat dan tegar bila setelah wisuda nanti mereka akan berpisah mengejar mimpi nya masing-masing. Mengetahui kebenarannya Stefani pun tetap menyukai Hilman, tidak peduli apa kebohongan yang ia lakukan. Tak disangka wanita blasteran Inggris-Bali tertarik pada pria ikan asin, seorang sarjana perikanan dan calon juragan ikan asih. Hehehee.



Modus Buah Mangga

Cerpen bergenre humor pertama yang saya bikin ini alhamdulillah terpilih menjadi salah satu cerita untuk dimasukkan dalam buku kumpulan cerpen dan puisi yang dicetak oleh Goresan Pena Publishing pada periode November 2014 (udah lama bgt yaa). Seneng rasanya bisa terpilih, karena ini karya cerpen humor pertama heheee. Tapi sayangnya saya lupa untuk beli buku kumpulan cerpennya, hikss :( dan sekarang baru nyari tau lagi. Entah apa GPP masih menjualnya atau tidak. Semoga terhibur...Selamat membaca ^.^
...........................................................
“duh..mana sih bus nya! Gak ada mulu, gak tau apa lagi buru-buru” sambil mengepalkan lengannya ke atas dan ke bawah yang menandakan rasa kekesalannya, Tuti akhirnya menyadari bahwa kini ia sedang berada di halte dengan beberapa orang disampingnya.

Terang saja apa yang ia lakukan barusan langsung menarik perhatian orang-orang yang berada di sekitarnya. Setiap mata kini berpusat kepada dirinya. Tuti kini bak seorang putri yang baru saja turun dari dalam kereta kuda.
“sekarang aku baru tau rasanya menjadi pusat perhatian orang-orang. Rasanya tidak seperti tuan putri melainkan lebih pantas disebut seperti buronan!” usiknya dalan hati.

“pluuukkkk....!” terdengar seperti ada yang terjatuh
Tuti mencari asal suara itu dan ia senang karena suara tersebut berasal dari pohon mangga yang berada di samping kiri halte.
”wahh..mangganya udah mateng tuh. Ambil aja deh mubajir” Tuti menghampiri mangga yang terjatuh tadi
“Dukkk..!! Awww..!!” benturan kepala pun terjadi.

Saat hendak mengambil mangga, tak disangka seorang pria yang berasal dari arah yang berlawanan dengan Tuti ternyata mengincar mangga itu juga. Alih-alih mereka saling menyalahkan satu sama lain dan tidak mau mengalah. Sebagai solusi agar mangga tersebut berhak mendarat di perut siapa, mereka melakukan suatu perlombaan dan siapapun yang kalah harus merelakan mangga tersebut.

“oke, jadi mau lomba apa?” Tuti menerima ajakan pria itu
“bikin plesetan dari kata mangga, apapun itu yang pasti ada kata mangga nya. Yang paling banyak jawab benar dia yang menang. Gimana?” pria itu mengulurkan lengannya.
”siapa takut. Oke..” Tuti menerima jabatannya.
Perlombaan pun kini dimulai.

“mangga, mangga apa yang bisa bikin rusuh?” tanya pria tersebut
“wahhh kamu ngarang ya mas. Ya gak adalah mangga begituan”
“payah. Jawaban yang benar adalah Mangga Demo mbak. Hahahaaa....”
“hahaa mas gila yah, perasaan gak ada deh yang namanya mangga demo” Tuti terheran-heran, sambil terus mengabsen nama jenis-jenis mangga.
“gubrakkk..!!! Namanya juga plesetan, ya suka-suka dong. Giliran mbak sekarang”
“ohh gitu saya mengerti mas sekarang. Kalo gitu mas tau gak buah mangga apa yang mirip buah selain mangga?”
“lah..mbak gak ada yang kayak begitu. Jangan ngarang deh mbak” pria itu menggelengkan kepalanya
“ada mas. Namanya mangga apel. Wkwkwkkk...”
“wahhh mbak hebat juga yah. Sekarang giliran saya lagi”
“silahkan...”
“mbak, bapak nya bisa nyembuhin rasa gatal ya mbak?”
“iya, emang kenapa?”
“karena mbak telah mangga-ruk hati ku. Aww..aw...! Hohooo”
“mbak tau enggak mangga apa yang bisa bikin senang?” pria itupun melanjutkan pertanyaannya
“mangga yang rasanya manis. Iyakan?”
“hmmm...salah, jawabannya itu mbak, mang-ga (mau gak) jadi istri saya?”
“BANGETTT. Mang-ga nolak banget mas. Hahaa akhirnya aku punya calon suami juga” dengan sigap Tuti menjawab pertanyaan pria itu.

Mareka akhirnya pergi berdua melupakan mangga nya dan meninggalkan mangga itu sendiri di halte. Mangga yang tadi mereka perebutkan dan menjadi awal kisah cinta antara mereka. Mangga yang malang.

Cover Bukunya kek gini :-D
Dok. Goresan Pena Publishing



Senin, 06 Juni 2016

Ramadhan 2016

Dok. Pribadi 2015

Alhamdulillah, tahun inipun Allah SWT. masih memberikan kesempatan pada saya dan juga keluarga untuk dapat bersama merasakan indahnya bulan suci nan full barokah "Ramadhan"
Mohon maaf lahir batin all :)

Semoga dibulan Ramadhan ini kita bisa memanfaatkannya sebaik mungkin. Seperti taujih yang saya dapat malam ini di masjid sebelum tarawih dimulai yakni mengenai "Tujuan Melaksanakan Puasa dan Amalan yang Banyak Dibulan Ramadhan" kurang lebih ada beberapa point yang saya catet heheee (bawa buku dong ^^)

Tujuan utama kita melaksanakan segala amalan yang dianjurkan di bulan Ramadhan ini tidak lain adalah agar kita tergolong sebagai manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Ada tiga kriteria pribadi untuk mencapai tingkat ketakwaan tersebut yakni :

1. Jadilah pribadi yang Islami (baik sikap, sifat, dan apa yang diucapkan). Hendaklah kita melakukan segala aktivitas dengan selalu berpedoman pada Al-Qur'an dan As-Sunnah.
2. Jadilah pribadi yang Imani. Segala yang kita lakukan harus didasarkan keimanan kita pada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
3. Jadilan pribadi yang Ihsani. Selalu beribadah pada Allah SWT. seolah-olah kita dapat melihat Allah, sehingga dalam menjalankan ibadah maka kita akan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT.

Ok., just that for tonight. Heheee...
Wait the next :)

Mari menjadi pribadi yang senantiasa selalu bertakwa pada Allah SWT. 

Rabu, 25 Mei 2016

About Think ASEAN Program 2016



Bismillah.
Assalamualaikum.

Perkenalkan nama saya Tiara Permata Sari, Mahasiswi Untirta semester 8 Jurusan Akuntansi. Alhamdulillah saya terpilih sebagai salah satu delegasi dari total 1.688 orang yang mendaftar untuk mengikuti kegiatan kepemudaan yg dilaksanakan oleh Indonesian Youth Dream Foundation dengan tema International Society : Think ASEAN Program (TAP) 2016 ke 5 Negara ASEAN (Singapore, Malaysia, Vietnam, Kamboja dan Thailand) Selama 14 hari. Karena IYD merupakan NGO sehingga biaya kegiatan tidak disubsidi secara penuh / Full Funded namun ada fee registrasi yang harus ditanggung sendiri sebesar Rp 8,9 juta (include tiiket pesawat 3x, transportasi, reservasi hotel, dll).

Adapun 10 program utama yang akan dilakukan yakni :
1. Pre-Event : Coaching Session (selama 2 bulan sebelum keberangkatan melalui grup Whatsapp)
2. ASEAN Youth Development Program
3. Academic Visit
4. Leadership Training
5. Entrepreneurship Training
6. Tecnological Incubator
7. Focus Group Discussion
8. Sociocultural Exchange
9. Tourism Visit
10. Post-Event : Dream Book Project (perihal perjuangan yang dilakukan masing-masing delegate terpilih demi mengikuti kegiatan TAP 2016, termasuk pula saran atau solusi bagi permasalahan di Indonesia perihal hasil pengamatan dari yang kita lakukan selama 14 hari terkait sistem pendidikan, sosial, ekonomi, tata kota, pengembgan pariwisata, budaya yang nantinya akan dijadikan sebagai Suatu Rancangan Strategis bagi Program kerja Kemenpora RI)

Indonesian Youth Dream Foundation sendiri merupakan Non Goverment Organization (NGO) yang di bentuk oleh para pemuda-pemudi yang concern dan memiliki kepedulian dibidang nationalism, creativity, and youth development program dengan kantor pusat berlokasi di Sleman-Jogyakarta. IYD telah mendapat dukungan dari Gubernur DIY, dan memiliki link kerjasama dengan beberapa lembaga di negara ASEAN. TAP 2016 Bukanlah satu-satunya kegiatan yang sudah dilakukan namun banyak kegiatan lainnya seperti :

1. Social project initiative
2. Youth adventure day
3. Festival pemuda nusantara
4. Indonesian youth dream conference
5. Indonesian youth dream camp
6. IYD class development
7. Indonesian youth strategist forum
8. Think Asean program
9. IYD roadshow
10. IYD writing inspiration book
11. IYD award


Bersama dengan kak Puguh Dwi Kuncoro, M.NLP selaku President of Indonesian Youth Dream Foundation dan segudang prestasi yang diraihnya seperti Certified Coach of Indonesian NLP Coach Association, Certified Personal and Professional Development of AHA California, USA, Licensed Master Neuro Linguistic Programming NF-NLP Florida, USA. Mengajak para pemuda-pemudi Indonesia untuk dapat membuka wawasan mengenai kondisi persaingan global, memberdayakan potensi diri, membentuk good attitude, integrity, dan knowledge, menjadi wadah pengembangan kualitas pemuda, dan membangun jaringan kepemudaan skala Internasional. Dengan tagline #BeraniBerMIMPIBesar merupakan suatu harapan dimana kita tidak perlu takut untuk bermimpi sebesar apapun, karena akan ada jalan untuk suatu impian, jalan menggapai mimpi-mimpi kita. Kuncinya adalah usaha.


"How far we stepping determined by how far we think"



Indonesian Youth : Think ASEAN, Speak ASEAN
"#BeraniBerMIMPIBesar"

Website : www.indonesianyouthdream.org (sedang maintenance)
e-mail : indonesianyouthdream@gmail.com
Fanspage : www.facebook.com/indonesianyouthdream
Twitter : www.twitter.com/IYouthDream
Instagram : www.instagram.com/indonesianyouthdream